Bagi sebagian perokok, merokok dengan tangan adalah hal biasa. Hampir semuanya melakukan itu. Namun, bagaimana jika mereka menggunakan alat bantu? Dengan pipa rokok atau cangklong, misalnya? Apakah akan memberikan sensasi yang berbeda?
Namun, sebelum menuju pertanyaan terakhir, tahukah kamu apa perbedaan pipa rokok dan cangklong? Jangan-jangan, setelah berderet kata yang Roki tulis di sini, kamu belum tahu bedanya. Hehehe.
Pipa Rokok dan Cangklong
Satu hal perbedaan yang paling kentara antara pipa dan cangklong terletak di bagian mangkuknya. Jika cangklong, lubangnya biasanya ke atas. Bentuknya seperti huruf L. Di bagian ujung membentuk semacam mangkuk.
Sedangkan pipa tidak memiliki mangkuk. Bentuk pipa hanya lurus. Seperti batang rokok pada umumnya. Persamaannya, tentu saja sama-sama bisa diisap. Lalu, bagaimana dengan sensasinya?
Baik dari pipa maupun cangklong, sebenarnya bahan untuk produksinya sama saja. Ada yang dari tulang hewan, tanduk rusa, atau yang paling umum kayu. Konon, yang menimbulkan rasa cukup kuat di bibir adalah tanduk rusa. Bahkan, mampu menyehatkan.
Maka, tidak heran apabila pipa atau cangklong tanduk rusa paling banyak diburu. Namun, Roki jarang sekali melihat perokok menggunakan bahan dari tanduk rusa. Yang paling sering tentu saja berbahan dasar kayu.
Untuk kayu, kamu sangat mudah menemukannya. Di berbagai gerai ritel pun banyak yang menjualnya. Jika belum menemukannya, cobalah ke marketplace.
Sekadar saran, agar menimbulkan wangi di hidung, cobalah mencari yang berbahan dasar kayu cendana, gaharu, atau dewandaru. Meskipun kamu harus mendapatkannya dengan merogoh kocek lebih dalam, kualitas tidak akan berdusta.
Penggunaan pipa atau cangklong, selain penambah rasa atau aroma, juga meningkatkan kepercayaan diri. Perokok yang menggunakannya dianggap karismatik dan berwibawa. Cocok untuk jadi pemimpin.
Ya, ini tidak lain karena biasanya yang menggunakannya, memakai bahan mahal seperti tanduk rusa. Sehingga, citra yang terbentuk di masyarakat seperti demikian. Atau, biasanya yang memakainya pula adalah orang-orang tua.
Anak muda, Roki lihat, sangat jarang menggunakannya. Mungkin ribet. Atau mungkin memang belum saatnya menggunakan alat bantuan itu.