BUNGKUS ROKOK

Sejarah Peringatan Bungkus Rokok

Apa yang paling menyedot perhatian orang-orang saat melihat bungkus rokok? Kadar tar dan nikotin? Merek rokok? Atau apa? Menurut Kementerian Kesehatan, bukan bungkus rokoknya, melainkan isi di dalam bungkus rokok.

Merokok itu berbahaya, menurut Kementerian Kesehatan. Maka dari itu, mereka mengeluarkan peringatan bungkus rokok sejak 24 Juni 2014.

Peringatan yang disampaikan ada dua jenis. Foto atau gambar dan tulisan. Foto bisa paru-paru berwarna gelap, tenggorokan berlubang, dada berlubang, susunan gigi tak sempurna dan masih banyak lainnya.

Sedangkan tulisan, lebih didominasi dengan merokok dapat menyebabkan kanker, merokoo cepat membuat mati, kesehatan terganggu dan segala peringatan yang bernada ancaman.

Tidak hanya itu, peringatan yang tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 juga memuat larangan tidak boleh ada kata-kata ‘Light’, ‘Mild’, ‘Slim’, ‘Special’, ‘Low Tar’, ‘Premium’ dan lain-lain yang mengindikasikan kualitas atau keamanan rokok.

Tentu saja, peringatan itu telah dipatuhi seluruh merek rokok baik di Indonesia maupun yang masuk ke Indonesia macam Camel, Dunhill maupun Marlboro. Namun, apakah itu efektif?

Efektivitas Peringatan Bungkus Rokok

Ini pertanyaan retoris. Akan tetapi, jawabannya mudah ditebak. Sebab, hingga hari ini, menurut data yang Roki punya, peringatan tersebut tidak terlalu berdampak bagi konsumen.

Perokok tetap saja mengisap batang demi batang. Tidak peduli aneka gambar maupun tulisan. Kamu bayangkan, diberi gambar peringatan merokok saja negara sudah berharap besar pada penerimaan cukai rokok. Apalagi jika tidak.

Maka dari itu, sebenarnya peringatan bungkus rokok tidak penting-penting amat. Saran Roki, tirulah rokok impor seperti Manchester. Meskipun tanpa peringatan, toh, jarang ada berita perokok anak di sana.

Jika alasan peringatan untuk mengantisipasi perokok anak, regulasinya yang keliru. Seharusnya bukan dibuat seperti itu melainkan edukasi. Bagi penjual rokok pun perlu edukasi bahwa tidak boleh menjual rokok kepada anak di bawah usia 18 tahun.

Namun, inilah fakta sejarah yang perlu kamu ketahui. Inilah mulanya peringatan bungkus rokok di Indonesia.

Review Rokok Magnum Filter: Modernisasi Ala Dji Sam Soe

Magnum Filter

Tidak ada pabrik yang tidak ingin melakukan modernisasi produk termasuk kali ini Sampoerna. Sampai saat ini, produk Sampoerna yang menjadi unggulan adalah Dji Sam Soe. Namun, modernisasi telah dilakukan Sampoerna dengan menghadirkan rokok Magnum Filter.

Rokok Magnum Filter boleh dibilang keluar dari pakemnya. Dari soal bungkus, kadar nikotin dan tar, ukuran batang rokok hingga rasa yang dihasilkan cukup berbeda ketimbang produk Sampoerna lainnya.

Lalu, bagaimana sebenarnya kemasan, rasa, hingga harganya? Seperti biasa Roki akan sajikan di sini.

Kemasan

Secara kemasan, Magnum Filter hadir dengan bungkus yang elegan. Berwarna hitam dan gelap. Di bagian depan tertulis MAGNUM dan Filter di bawahnya. Sedangkan di bagian paling bawah ada logo Dji Sam Soe beserta tulisannya.

Di bagian atas hanya ada tulisan Magnum yang persis dengan bagian depan. Sedangkan di bagian bawah terdapat kode produksi beserta pabrik pembuatan Magnum Filter yaitu PT. HM. Sampoerna Tbk.

Di bagian kanan terdapat tulisan SKM sebagai penanda kategori rokok ini. Juga, larangan untuk menjual rokok kepada anak-anak yang belum berusia 18 tahun dan perempuan hamil.

Sedangkan di bagian kiri terselip cukai rokok yang menandakan rokok ini legal dan takaran tar dan nikotin. Untuk Magnum Filter tidak bisa dibilang kategori Low Tar Low Nicotin. Sebab, tar mencapai 10 MG dan nikotin 35 MG.

Rasa dan Harga

Jika kamu penggemar rasa manis, rokok ini kurang cocok di mulutmu. Sebab, rasanya cenderung spicy dan itulah keunggulan rokok Magnum Filter. Sayangnya, ketika rokok ini akan habis dan menyentuh papirnya, rasa rokok kurang enak.

Oh, iya untuk ukuran batang tergolong besar. Cukup berbeda dengan keluaran Dji Sam Soe lainnya. Ini juga termasuk pembeda dan menjadi ciri khas Magnum Filter.

Soal harga, kamu jangan khawatir. Dengan ukuran large, dan berjumlah 12, kamu cukup merogoh kocek antara 16-17 ribu. Roki kira ini harga yang cukup pantas untuk mengisap rokok Magnum Filter. Dan kamu, wajib mencobanya sekarang juga. Tertarik, kan?

Sumber foto: smoking-room.net

rokok

3 Cara Agar Bungkus Rokok Tidak Menjadi Sampah

Jika kamu memiliki bungkus rokok yang tidak terpakai, apa yang hendak kamu lakukan? Membuangnya? Menjadikan aksesoris? Atau bagaimana?

Beberapa perokok lebih memilih untuk membuangnya karena memang sudah tidak terpakai lagi. Hanya sedikit orang yang memanfaatkannya untuk menjadi aksesoris. Akan tetapi, tidak jarang juga yang menjual ke warung karena ingin dapat uang.

Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan pada bungkus rokok? Berikut tiga daftarnya yang bisa kamu manfaatkan.

1. Asbak

Ini yang paling sering dimanfaatkan oleh perokok. Ketika mereka gabut atau kebetulan tidak menemukan asbak maka mereka membuat bungkus rokok menjadi asbak.

Caranya pun cukup mudah. Gunakan sebungkus rokok yang tidak terpakai. Kemudian buka penutup bagian atas. Pisahkan plastik yang menyingkap bungkus. Jika perlu, buka lagi bagian depan, bentuk menjadi kotak. Jadilah asbak rokok.

Sebagai perokok, kamu perlu sesekali melakukannya. Sebab, tidak semua tempat menyediakan asbak rokok. Apalagi jika kamu sedang bepergian. Bungkus rokok adalah alternatif yang baik bagi asbak rokok.

2. Anyaman

Kalo yang ini butuh keterampilan cukup baik. Iya, siapa yang menyangka ternyata dari bungkus rokok, kita bisa memanfaatkannya menjadi anyaman tas.

Tentu saja, kamu perlu membutuhkan banyak bungkus. Antara 15-20 bungkus. Jika ingin lebih sederhana, kamu bisa membuatnya lebih mudah. Yaitu, dengan membuat anyaman meja.

Anyaman merupakan penemuan yang luar biasa dari perokok. Sebab, sebelumnya tidak pernah ada yang terpikir bagaimana memanfaatkan bungkus rokok selain asbak.

3. Uang

Ya, percaya atau tidak percaya, kamu bisa mengubah bungkus rokok menjadi uang. Bukan dengan cara menambahkan angka dan rupiah di bungkusnya melainkan menukarkan bungkusnya kepada warung.

Beberapa warung akan membeli bungkus rokok dengan harga cuma-cuma. Lumayan, buat beli rokok meskipun cuma dapat ketengan saja. Akan tetapi, itu lebih baik ada usahanya daripada kamu membuangnya ke tempat sampah.

Itulah ketiga cara memanfaatkan bungkus rokok agar tidak menjadi sampah atau barang yang sia-sia. Apabila kamu punya kreasi yang lebih unik dan menarik, tambahkan di kolom komentar, ya.

Asbak Bali, Oleh-oleh Khas Bali bagi Perokok

Bali adalah salah satu tempat tujuan pariwisata di Indonesia. Pesona alamnya mulai dari Pantai Kuta hingga Danau Kintamani menyedot banyak wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Tidak hanya pesona alam, melainkan oleh-oleh atau hasil kerajinan yang dihasilkan. Salah satunya asbak Bali.

Buah tangan khas Bali ini memang berbeda dari lainnya. Jika kamu biasanya menjumpai asbak yang terbuat dari kaca atau stainless steel, yang ini justru terbuat dari kayu. Hasil ukiran kayu yang unik membuat asbak Bali menjadi buruan kolektor. Dan, jangan kaget apabila kalian tahu berapa harga asbak Bali dengan kualitas terbaik.

Hasil ukirannya bisa dibentuk berbagai macam. Ada yang menyerupai wajah, tempat duduk hingga yang paling aneh dan terkesan geli, alat kelamin pria.

Dalam bahasa Bali, alat kelamin pria disebut lolok. Masyarakat luar Bali lebih mengenalnya sebagai penis. Ya, oleh-oleh khas Bali itu bisa kamu peroleh dengan warna dan ukuran yang beraneka ragam.

Sebenarnya, lolok tidak hanya dibuat menjadi asbak rokok. Ada yang dibuat sebagai gantungan kunci, tempat minum, sendok atau garpu, dan masih banyak lainnya. Namun, tetap menonjolkan alamat kelamin pria.

Kamu jangan berpikiran aneh tentang lolok. Dalam kepercayaan Hindu, lolok justru dipandang sebagai simbol kesuburan. Lolok pun identik dengan Lingga Yoni.

Lingga Yoni digunakan sebagai arca batu dalam peribadatan Hindu. Lingga sebagai simbol Dewa Siwa sedangkan Yoni sebagai Dewi Parvati. Fungsinya sebagai cara untuk mendapatkan keberuntungan dan berkah dari Dewa Siwa.

Unik tapi menarik, bukan? Ternyata ada sejarah yang bisa kamu ketahui setelah membeli lolok. Ini bekal yang baik bagi perokok. Lolok bisa kamu dapatkan di berbagai toko oleh-oleh. Harganya bervariasi tergantung warna, ukuran, dan bahan kayu yang digunakan.

Maka, saran Roki, jika suatu saat kamu berkesempatan pergi ke Bali, jangan sia-siakan duitmu hanya untuk arak Bali atau kacang Bali. Sisihkan duitmu untuk oleh-oleh berupa kayu yaitu asbak Bali. Jangan lupa, beri kabar kepada perokok lain agar menggunakan produk serupa.

3 Logo Rokok Terbaik yang Pernah Ada

Logo merupakan elemen penting dalam sebuah produk. Dengan logo, konsumen mudah mengenali bahkan mengingat dengan baik. Apalagi jika logo tersebut benar-benar unik dan menarik.

Di Indonesia, produsen rokok berlomba-lomba menciptakan logo yang menarik. Namun, hanya ada tiga yang benar-benar mudah dikenang bagi perokok. Apa saja itu? Simak daftarnya berikut ini.

1. Gudang Garam

Ini salah satu logo yang benar-benar ikonik. Logo Gudang Garam terdiri dari sepasang gunung kembar, rel kereta api, dan lima rumah. Tak hanya simbol gambar yang disajikan melainkan warna. Ada warna biru, merah, dan putih yang berpadu menjadi sajian ciamik.

Arti logo tersebut berawal dari mimpi salah seorang karyawan perusahaan. Yaitu adanya gudang garam dengan lima los di dekat rel kereta api Kertosono-Bangil. Kebetulan, lokasi gudang tersebut di dekat Stasiun Kediri.

2. Dji Sam Soe

Jika kamu sering mengingat sembilan bintang dalam bungkus rokok, itulah logo rokok khas Dji Sam Soe. Angka sembilan juga menunjukkan jumlah huruf di Dji Sam Soe. Selain itu, angka 234 jika dijumlahkan, hasilnya pun sembilan.

Selain itu, terdapat tulisan Fatsal-5. Artinya, rokok ini merupakan racikan kelima. Yang paling unik adalah angka 234. Selain jika dijumlahkan berjumlah sembilan, pada mulanya jumlah pekerja Dji Sam Soe hanya 234 orang. Tidak kurang dan tidak lebih.

3. Djarum

Inilah logo yang menurut Roki paling sederhana namun mudah diingat. Logo Djarum hanya simbol pena yang dibalut dengan lingkaran. Selain itu, ada tulisan Djarum secara kapital.

Namun, selain simbol tersebut, warna merah sangat identik dengan Djarum. Sehingga, produk Djarum apa pun pasti akan ada warna merah. Entah itu jadi mayoritas maupun minoritas.

Ketiga logo tersebut merajai dan membekas di ingatan para perokok. Uniknya, ketiga produk tersebut biasanya menyisipkan warna merah pada varian bungkus rokoknya.

Apakah karena merah adalah identik dengan warna Indonesia? Bisa jadi. Yang jelas, ketiga logo tersebut tidak akan berubah dalam waktu yang lama. Kalo menurutmu, adakah logo yang menarik selain logo di atas?

3 Alasan Mengapa Warung Membeli Bungkus Rokok Kita

Bungkus rokok kerap kali diremehkan bagi sebagian perokok. Terkadang, mereka meremasnya kemudian membuang ke tempat sampah. Ada pula yang membiarkannya tergeletak di meja dan karena itu membuat sampah yang tidak enak dipandang.

Padahal, jika diamati, masih banyak orang yang butuh bungkus rokok. Entah itu dimanfaatkan sebagai asbak atau digunakan untuk kebutuhan yang lain. Nah, untuk kebutuhan lain, barangkali kamu perlu tahu bahwa beberapa warung sering membeli bungkus rokok yang tidak terpakai.

Apakah alasannya? Roki kasih tahu tiga alasan mengapa warung mau membeli bungkus rokok milik kita. Baca secara hati-hati dan saksama.

1. Bungkus Rokok Ketengan

Bagi para penikmat rokok di tanggal tua sering kali tidak memiliki cukup dana untuk membeli sebungkus rokok. Solusinya adalah mereka membeli secara ketengan atau eceran. Nah, untuk mendapatkannya, kamu perlu pergi ke warung, bukan gerai ritel.

Di sana, warung akan menyediakan aneka ragam rokok ketengan. Pemilik warung akan menempatkan berbagai rokok ketengan di bungkus rokok. Ya, bungkus rokok, bukan kaleng rokok. Kenapa bungkus rokok? Karena mudah didapatkan di mana-mana.

2. Canvasing bagi Sales

Sales rokok sering mengunjungi warung yang menjual rokok. Mereka biasanya menawarkan produk baru. Namun begitu, ada pula yang membeli bungkus rokoknya. Tujuannya adalah sebagai canvasing. Ya, ini sungguh-sungguh menarik terutama bungkus rokok yang besar.

Sales pun bisa mendapatkan harga miring karena membeli langsung di warung tersebut. Lalu, sales bisa juga mendapatkan potongan harga jika membelinya dalam jumlah banyak.

3. Produk Online

Era sekarang menuntut pedagang untuk berinovasi, tak terkecuali pedangang rokok. Salah satu inovasinya adalah menjelajahi dunia online. Sebab, kini mulai banyak transaksi hadir hanya lewat online.

Toh, sejak pandemi, mulai banyak orang mencoba untuk membeli rokok secara online agar menghindari kerumunan. Maka, untuk memamerkan produk, pedagang membutuhkan bungkus rokok. Pedangang pun bisa membelinya dari para perokok yang kebetulan beli di warungnya.

Jadi, inilah tiga alasan mengapa warung membeli bungkus rokok kamu. Ingin mencoba, Teman Roki?

Duo Rival: Divo Filter dan Niko Nextion, Mana Pilihanmu?

Salah satu rokok yang banyak dibicarakan perokok pada tahun 2020 adalah Divo Filter dan Niko Nextion. Kedua merek tersebut hadir pada penghujung tahun. Promosi yang besar-besaran membuatnya mudah diingat oleh perokok. Apalagi, warna dasarnya sama-sama merah. Persamaan lainnya adalah produsen rokok tersebut sama-sama berasal dari Kudus, Jawa Tengah. 

Jika Niko diproduksi oleh PT Nojorono International Tobacco, Divo diproduksi oleh PT Stevania Ultra Tobacco. Namun, mengapa mereka layak di-rival-kan? Coba simak analisis sederhana ala-ala Roki. 

Kemasan

Dari sisi kemasan, sebenarnya tidak begitu berbeda. Sama-sama menonjolkan warna merah. Namun, di Divo, warna merahnya dibalut dengan warna hitam dengan garis merah dibentuk spiral. Sedangkan Niko, warna merahnya disisipi warna putih dan hitam. Kedua warna tersebut berpadu hingga menjadi bentuk rokok. 

Untuk urusan besar kecilnya huruf, Divo cenderung lebih berani. Ukuran huruf Divo lebih besar daripada Niko. Ini juga disebabkan Divo tidak ada embel-embel lainnya. Sedangkan Niko harus berbagi dengan tulisan Nextion yang bergradasi hitam dan putih. 

Dosis tar yang dicantumkan berbeda. Jika Niko 25 MG, Divo 23 MG. Begitu pula dengan nikotin. Jika Niko 2,1 MG, Divo 1,3 MG. Meskipun ada perbedaan, kedua rokok ini termasuk kategori sigaret kretek mesin (SKM). 

 

Rasa dan Harga

Soal rasa layak diperdebatkan. Ada balance yang dimunculkan dari Divo yaitu rasa spicy dan manis. Sedangkan Niko cenderung pedas. Akan tetapi, Niko memiliki teknologi yang tidak dimiliki Divo. Yaitu, Dual Impact Tech dengan filter yang bolong di tengah. Rupanya teknologi tersebut sedang naik daun. Ini tidak lepas dari merek sebelah yang menggunakan teknologi serupa. 

Bagaimana dengan harga? Nah, sama-sama bersaing. Kedua rokok tersebut dijual dengan harga RP15-16 ribu untuk isi enam belas batang. Ini tergolong terjangkau bagi teman-teman Roki. Tidak begitu mahal. 

Nah, beginilah review sederhana dari Roki. Penasaran untuk mencoba? Silakan datang di toko kelontong terdekat atau gerai ritel macam Alfamart atau Indomaret. Saran Roki, segeralah mencicipi sebelum Februari 2021, harga rokok pasti meningkat. 

Review Sampoerna A Mild: Harga Terjangkau untuk Rasa yang Memukau

Salah satu rokok yang sering dikonsumsi di Indonesia adalah Sampoerna A Mild. Baik isi 12 maupun 16, rokok ini seakan menjadi buruan oleh perokok. Rokok Sampoerna A Mild tergolong rokok kretek filter. Sebab, terdapat campuran cengkeh di dalamnya. Rokok ini bisa dikatakan andalan PT. HM Sampoerna Tbk. Selain karena rasa, produk ini tergolong LTLN atau yang sering disebut Low Tar Low Nicotin

Seperti biasa, Roki akan membahas menjadi dua bagian. Isinya ada tentang kemasan, rasa, harga, hingga durasi mengisap. Mari kita bedah satu per satu. 

Kemasan 

Pertama kali memegang Sampoerna A Mild, Roki langsung menganggap inilah rokok nasionalis. Sebab, itu terlihat dari warna yang dominan yaitu putih. Bahkan, jika dipersentase, 80 persen berwarna putih. Sisanya adalah warna merah dan sedikit emas. Warna merah tampak terpampang di bungkus bagian depan. Dengan logo A berwarna putih yang dibalut ornamen berwarna merah. 

Tulisan Sampoerna berhuruf kapital dan berwarna emas dengan simbol tangan pada huruf O. Sedangkan, di bawah logo A terdapat tulisan Mild dengan teknik tegak sambung. Semuanya itu, disatukan dengan warna putih. 

Di bagian belakang, terdapat logo perusahaan Sampoerna yang terdiri dari sembilan bintang, gambar naga, tiga tangan, dan tahun 1913. Di bawah logo tersebut ada deskripsi tentang proses pembuatan Sampoerna A Mild. Gabungan dari tembakau Jawa Aromatik, Amerika, dan tembakau lain yang tentunya berkualitas. Kalimat terakhir adalah penegasan bahwa inilah dedikasi House of Sampoerna. Tidak lupa, di bagian akhir terdapat tanda tangan Putera Sampoerna.

Di bagian kiri terdapat larangan merokok bagi anak-anak berusia di bawah 18 tahun dan perempuan hamil. Selain itu, ada inisial SKM yang menandakan bahwa rokok ini tergolong sigaret kretek mesin. Di bagian kanan terdapat cukai rokok dan informasi mengenai tar dan nikotin. Dengan tar 14 MG dan nikotin 1 MG maka pantaslah Sampoerna A Mild termasuk LTLN. 

Rasa dan Harga

Saat mencoba sebelum dibakar, rasanya manis. Saat mencoba setelah dibakar, rasanya (lagi-lagi) manis. Roki kira rasa manis cukup dominan. Meskipun, jika diisap untuk kedua kalinya, muncul spicy. Aroma Jawa Aromatik juga muncul. Dan Roki kira, blend pada rokok ini cukup oke. Untuk soal harga, memang tergolong mahal. Kamu perlu menebusnya antara Rp24 hingga Rp26 ribu. 

Lebih Enak Pakai Bungkus Rokok Standar atau Beli Kotak Rokok?

Pernahkah kamu perhatikan jika setelah orang membeli rokok, saat duduk, ia mengeluarkan kantong ajaib, eh, kotak ajaib. Kemudian memasukkan seluruh rokoknya ke dalam kotak tersebut. Ya, sering kali itu disebut sebagai kotak rokok. Lalu, mana yang lebih keren? Bungkus rokok biasa atau kotak rokok?

Bungkus Rokok vs Kotak Rokok

Jika boleh beropini secara jujur, sebenarnya tidak ada masalah perokok menggunakan bungkus rokok atau kotak rokok. Toh, ini kembali ke soal kenyamanan. Mau pakai bungkus rokok pada umumnya boleh, mau pake kotak rokok, juga boleh. Yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai rokok tersebut diambil teman dengan sengaja. 

Nah, ini yang menjadi perbedaan. Acapkali, perokok yang ingin meminta rokok yang terdapat di kotak rokok justru merasa sungkan. Roki tidak tahu apa sebabnya. Roki hanya berandai-andai bahwa rokok yang di kotak rokok pastilah rokok dengan citarasa premium dan harganya pun mahal. Padahal, belum tentu juga. Kadang, rokok dengan harga standar atau bahkan di bawah sepuluh ribu. 

Akan tetapi, jika tetap di bungkus rokok pada umumnya, justru tidak sungkan. Seakan bungkus rokok tersebut dapat berbicara, “Hey, sini, gak pengen coba rokok ini?” Gitu. Maka, perokok yang kehabisan rokok, tidak akan sungkan untuk meminta. 

Jika menurut Roki, inilah yang dinamakan ilusi optik. Seakan-akan mencitrakan bahwa kotak rokok lebih mahal daripada bungkus rokok. Padahal, di beberapa merek, seperti Dji Sam Soe, bungkus rokoknya justru sangat menarik. Malahan, akan sangat sayang bila dipindahkan ke kotak rokok. 

Maka, perbedaan tersebut hanyalah sebuah preferensi saja. Tiap perokok bebas menentukan pilihannya. Selama rokok tersebut didapatkan secara legal. Toh, bagaimanapun tempatnya, rokok bisa dinikmati bersama-sama. Tentu saja, memintanya dengan sopan. Jangan sampai, tiba-tiba minta begitu saja. 

Yang aneh bagi Roki adalah kenapa ada pencurian rokok atau korek, tapi jarang sekali pemberitaan pencurian kotak rokok, ya? Apakah sama sekali tidak berharga? Atau tidak bisa dijual lagi? Ataupun kalaupun diambil malah menjadi sia-sia juga? Tanya kenapa.